Menuntut ilmu tidak mengenal muda atau tua. Sebagai manusia kita di perintahkan oleh Allah SWT untuk terus menerus menuntut ilmu dari lahir sampai masuk ke liang lahat.
Dari kecil penulis sudah belajar mengaji dengan mendatangkan guru ngaji ke rumah salah seorang temen SD. Dari sana penulis mengenal baca tulis Al-Qur'an.
Dilanjutkan dengan sekolah Madrasah Diniyah setelah sekolah reguler. Alhamdulillah orang tua memang perhatian terhadap pendidikan anaknya baik itu pendidikan formal maupun agama sehingga setelah sekolah SD reguler penulis melanjutkan sekolah agama sampai petang.
Suatu saat ketika membaca Al-Qur'an, penulis di tegur oleh anak saya yang pertama "Yah, kurang dengungnya".
Ya Allah anaku menegurku karena ada bacaan penulis yang salah.
Saat itu putriku sudah di jilid 6 Qiroati. Penulis menjadi tertarik, apa itu Qiroati???
Penulis melakukan sounding mencari referensi mengenai metode ini.
1. Pencipta dan penemu metode qioati
Metode
ini disusun oleh H. Ahmad Dahlan Salim Zarkasyi, Semarang.Terbitan pertama pada
tanggal 1 Juli 1986 sebanyak 8 jilid. Setelah dilakukan revisidan ditambah
materi yang cocok. Dalam praktek pengajaran, materi qiroati ini
dibeda- bedakan, khusus untuk anak-anak pra sekolah TK (usia 4-6 tahun) dan untuk remajadan
orang dewasa. Metode qiraati adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yanglangsung
memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmutajwid.
Dalam pengajarannya metode qiroati, guru tidak perlu memberi tuntunanmembaca,
namun langsung saja dengan bacaan pendek.Adapun tujuan pembelajaran qiroati ini sbb:
- Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur’an dari segi bacaan yang sesuaidengan kaidah ilmu tajwid.
- Menyebarluaskan ilmu membaca Al-Qur’an.
- Memberi peringatan kembali kepada guru ngaji agar lebih berhati-hati dalammengajarkan Al-Qur’an
- Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur’an.
- Dapat membaca Al-Qur’an dengan tarti meliputi: Makhroj dan sifat hurufsebaik mungkin.
- Mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan tajwid
- Mengenal bacaan ghorib dalam praktek.
- Mengerti sholat, dalam arti bacaan dalam praktek sholat.
- Hafal beberapa hadist dan surat pendek.
- Hafal beberapa do’a.
- Dapat menulis huruf Arab.
- Untuk anak-anak-anak pra sekolah TK (usia 4-6 tahun)
- Untuk remaja
- Untuk dewasa
2. Latar
Belakang Timbulnya Qiro’ati
Sebelum
adanya Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ), pendidikan Al-Qur’an di Indonesia
masih menggunakan sistem “pengajian anak anak” di musholah,langgar, masjid
bahkan dirumah-rumah. Metode pengajarannya dengan menggunakan turutan, yakni Al-Qur’an
juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk membaca Al-Qur’an. Metode ini disusun
oleh ulama dari baghdad, sehingga metode ini dikenal dengan nama “Qoidah
Baghdadiyah”. Qoidah ini telah terbukti menciptakan ulama’-ulama’ besar yang
ahli dalam bidang Al-Qur’an. Namun pada saat ini mayoritas umat Islam,
khususnya anak-anak mulai enggan mengaji dengan menggunakan turutan,karena
dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin
bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis. Melihat gejala seperti ini,
banyak para ulama mencoba mencarikan atau menyajikan alternatif yang lebih
menarik dan memudahkan anak-anak dalam belajar membaca Al-Qur’an. Tetapi alternatif
yang ditawarkan selalu mengalami kegagalan, karena tidak ada
bukti keberhasilanya. Disamping itu juga ada suatu pandangan atau
kesepakatan yang tidak tertulis, bahkan kalau mengajar mengaji harus mamakai
turutan. Sehingga metode baru yangditawarkan hanya dipandang sebelah mata.
Pada
pertengahan tahun 1986 umat Islam dibuat lega dengan adanya metodeatau model
pengajian anak-anak yang baru, yakni pendidikan Al-Qur’an anak -anak untuk
usia 4 – 6 tahun yang dirintis oleh Ust. H. Dahlan Salim
Zarkasy Semarang. Karena pendidikannya seperti Taman Kanak-kanak umum, maka
lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ).
Keberadaan TKQ ini tidak terlepas dari usaha Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dalam
mencari metode belajar membaca Al-Qur’an yang telah dirintis dan
diuji coba sejak tahun 1963. Pada tahun 1963 Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mulai
mengajar ngaji kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan
turutan. Akan tetapi ternyata hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya
mengahfal saja. Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mengajar ngaji,
sedangkan pada siang harinya berdagang . Pada saat berkesempatan mengambil barang diluar kota, seperti Jakarta,Bandung,
Surabaya, Pekalongan, yogyakarta dan kota-kota lainnya, beliau
selalumenyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian anak-anak 20
yang ada di mushalla, langgar dan masjid setempat. Ternyata hasilnya tidak jauh
berbeda dengan yang dialami beliau. Berdasarkan rasa tidak puas dengan hasil
dari mengaji dengan kitab turutan itu, maka beliau mencoba menyusun metode baru
yang lebih efektif dan efisien. Akhirnya berkat hinayah, hidayah dan rahmah dari
Allah SWT,Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar
membaca Al-Qur’an
yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz
Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”,yang
berarti ‘inilah bacaan Al- Qur’anku yang tartil’. Metode Qiroati ini langsung mengajarkan
bunyi huruf, yaki huruf-huruf yang berkharokat tanpa dieja danmengenalkan
nama-nama huruf secara acak serta langsung memasukkan bacaan yag bertajwid
secara praktis bukan teoritis.Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy
dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja’far, seorang ulama’
semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan buku
qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelahditeliti dan dikoreksi, mendapat restu
beliau. Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat semarang sekitarnya. Pada bulanMei
1986, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy diajak oleh salah satu wali murid,
sukito,untuk silaturrahim dan menyaksikan Ponpes Al-
Qur’an
Anak –anak “Mambaul Hisan” di
Sedayu Gresik, yang berdiri pada tahun 1965 yang diasuh K.H. Muhammad.
Beliaumerasa prihatin melihat anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang terpisah
dariorang tuanya, dan semestinya anak-anak tersbut masih membutuhkan kasih
sayangmereka. Akan tetapi dalam mengaji bacaan Al-Qur’an
mereka kurang tartil. Dari hasil kunjungan tersebut, beliau dapat menyimpulkan
bahwa anak di bawah usia balita mampu diajarkan membaca Al-Qur’an. Sepulang dari
gresik, selama sebulan tepatnya di bulan Ramadhan, ust. H. Dahlan Salim Z,
menyusun kembali buku Qiroati untukusia taman kanak-kanak yang diambil dari
qiroati 10 jilid.
Kemudian dibukalah pendidikan Al-Qur’an untuk anak -anak
usia 4-6 tahun pada tanggal 1 juli 1986. inilah Taman Kanak-Kanak pertama di
Indonesia. Kemudian atas saran KH. Hilal Sya’ban yang juga direstui oleh KH.
Turmudzi Taslim, TKQ tersebut diberi nama “RoudlotulMujawwidin”. Sebenarnya awal
berdirinya merupakan percobaan, mungkinkah anak -anak usia TK (4-6 tahun)
mampu membaca Al-Qur’an.
Pada hari pertama pembukaan, jumlah muridnya 26 anak dan tempat pendidikannya meminjam rumah Sdr.
Ir. Abdullah, Kampung Wotprau 77, Semarang. Setelah berjalan kurag lebih
3 bulan, jumlah muridnya mencapai 70 anak.
Proses belajar mengajar
berlangsung setiap sore selama 1 jam, mulai jam 16.00 sampai 17.00 WIB.
Sekalipun berdirinya TKQ merupakan percobaan dengan rencana 4 tahun hatam 30
juz, diluar dugaan ternyata dalam 2 tahun, tepatnya 22 juli 1988 telah
menghatamkan yang pertama sebanyak 20 siswa putra/putri. Khatam dengan bacaan
tajwid dan ghorib. Lahirnya TKQ Roudlotul Mujawwidin ini mendapat sambutan yang
sangat menggembirakan, sehingga di beberapa tempat berdiri pula lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur’an
di Indonesia.
Selain itu, di negeri jiran mulai berdiri pula TKQ dengan
menggunakan metode Qiroati Malaysia, Serawak, Singapura, Brunai Darussalam dan
Thailand.
So, Never ending "Ngaji"..
No comments:
Post a Comment